Kamis, 03 November 2011

Wandi bukan anak baru gede lagi. Masa pubernya sudah lewat cukup lama, lima belas tahun yang lalu, saat masih di SMP. Waktu itu, ia, yang mengaku punya kepribadian kurang percaya diri, menjadi semakin minder bergaul karena pubertas membuat wajahnya menjadi ladang bisul-bisul kecil berlemak. Ia menyebut masa itu sebagai “Perang Dunia Pertama” melawan jerawat.

Sejak tahun-tahun terakhir kuliahnya, ia sudah hampir lupa dengan masalah jerawat. Namun, begitu lulus dan bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi, ia kembali disibukkan oleh masalah jerawat. Kali ini bukan di wajah, tetapi di punggung. Bagian badan yang hanya bisa ia raba tapi tak bisa dilihat langsung.

Meskipun tidak sampai bikin minder, tetap saja jerawat itu membuatnya tidak nyaman. Tak jarang, jerawatnya pecah sendiri, lalu sisa nanah dan darah membekas di bajunya. Jika tidak tahan, kadang jerawat itu dipencetnya dengan ujung kuku. Tak jarang pula, pria jomblo yang sudah kebelet nikah ini minta tolong kawannya untuk memencet.

Akan tetapi, naga-naganya cara-cara tadi tidak menyelesaikan masalah. Jerawat tetap saja mengganas, lebih-lebih jika ia sedang stres. Setelah hampir setahun terlibat “Perang Dunia Kedua” melawan jerawat, ia baru bisa mengalahkan musuh bebuyutannya itu. Ternyata ia keliru memperlakukan kulitnya yang mudah berkeringat.

Tiap kali berangkat bekerja, karena naik motor, ia memakai jaket yang melindungi pakaian kerjanya. Saat pulang kerja malam hari, ia biasa langsung menonton teve dengan masih menggunakan pakaian kerja. Tak jarang sampai ketiduran di depan teve. Jika begitu, otomatis ia hanya mandi satu kali pada hari itu.

Rupanya kebiasaan inilah yang membuat punggungnya jerawatan. Atas saran dari kawannya yang bosan dimintai tolong memencet jerawat, ia mengubah kebiasaannya. Tiap kali pulang kerja, ia langsung mandi dan ganti baju. Jika banyak berkeringat, dalam sehari kadang ia mandi sampai tiga kali. Tak lupa ia juga memakai bedak antiseptik untuk punggungnya. Tiap kali tanggal muda, ia mengganti beberapa pakaiannya dengan yang berbahan katun. Sejak itu, jerawatnya sedikit demi sedikit hilang.

Karena lembab dan tertutupSecara umum jerawat di punggung sebetulnya sama dengan jerawat di wajah. “Prinsip awal terjadinya jerawat itu sama,” kata dr. Sandra Widaty, Sp.KK, ahli kulit dari FKUI, Jakarta. Baik di wajah maupun di punggung, jerawat bisa disebabkan oleh empat pemicu.Pertama, karena kerja kuman Propionibacterium acnes. Bakteri ini merupakan penghuni normal di permukaan kulit manusia. Ia bisa hidup di wajah maupun di punggung. Dalam keadaan normal, ia sebetulnya tidak berbahaya. Cuma, ketika kulit kurang terjaga kebersihannya, ia berulah dan menyebabkan timbulnya jerawat.

Faktor kedua, tingginya produksi kelenjar minyak di kulit (sebum). Itu pula sebabnya jerawat mudah dialami orang yang kulitnya berminyak. Jika dua faktor ini berkumpul, maka jerawat tentu akan lebih mudah terjadi. Artinya, mereka yang kulitnya berminyak dan kurang menjaga kebersihan lebih berpeluang menjadi pelanggan jerawat.

Faktor ketiga, adanya gangguan proses pengelupasan lapisan kulit luar. Jika ini terjadi, lapisan kulit yang mestinya mengelupas itu malah akan menyumbat saluran kelenjar sebum. Semua faktor ini bisa menyebabkan jerawat, baik di wajah maupun di punggung. Faktor terakhir adalah reaksi radang.

Semua ini merupakan faktor umum yang menyebabkan gangguan kulit yang kita sebut sebagai acne vulgaris (acne: jerawat, vulgaris: biasa). Di wajah maupun di punggung, sama saja.

Khusus di punggung, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan jerawat makin mudah muncul. Misalnya pemakaian baju yang rangkap-rangkap. Persis seperti yang terjadi pada Wandi. Efek ini akan makin bertambah jika yang bersangkutan berada di ruangan yang gerah, panas. Kondisi gerah akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan keringat. Sementara, pada saat yang sama keringat sulit kering karena punggung tertutup oleh pakaian yang tebal. Ditambah lagi, dalam kondisi lembap, kuman juga menjadi lebih mudah berkembang biak. Lengkaplah sudah.

Ini merupakan salah satu perbedaan penting antara wajah dan punggung. Wajah berada di daerah terbuka, mudah terkena debu, tapi tidak lembap. Punggung sebaliknya. Bagian ini berada di daerah tertutup, tidak mudah kena debu tapi mudah lembap akibat keringat. Jerawat di punggung juga bisa berupa “jerawat yang tidak biasa”. Bintil-bintil mirip jerawat tapi bukan acne vulgaris. Contohnya, erupsi akneformis. Ini berupa kelainan kulit yang muncul secara tiba-tiba. Bentuknya menyerupai jerawat tapi bukan jerawat biasa. “Jadi, bintil-bintil di punggung itu tidak selalu jerawat,” ujar Sandra. Di wajah pun begitu. Umumnya memang jerawat, tapi tidak semua bintil-bintil adalah jerawat biasa.

Jerawat yang tidak biasa ini misalnya disebabkan oleh efek samping pemakaian obat. Contohnya, kortikosteroid sistemik dan INH. Kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengobati alergi atau asma. Sedangkan INH biasa digunakan dalam terapi tuberkulosis paru. Jika seseorang memakai obat-obat ini lalu timbul bintil-bintil di punggungnya, mungkin saja itu bukan jerawat biasa, tapi mungkin erupsi akneformis, misalnya.

Contoh lain jerawat yang tidak biasa adalah bintil-bintil di punggung akibat infeksi jamur tertentu. Bentuknya seperti jerawat biasa. Seperti kita tahu, jerawat ada yang bentuknya bintil-bintil merah, ada pula yang bintil-bintil kuning bernanah. Bentuk seperti ini juga bisa dijumpai pada infeksi jamur tertentu yang lokasinya di punggung.

Secara fisik, bentuk bintil-bintil ini sulit dibedakan dari jerawat biasa. Yang membedakan adalah rasa gatal yang ditimbulkan. Jerawat biasa umumnya tidak begitu gatal, sekalipun sampai bernanah. Tapi khusus jerawat akibat infeksi jamur ini, kata Sandra, gatalnya terasa lebih jelas.


Yang penting pencegahan
Karena penyebabnya bisa macam-macam, pengobatan jerawat di punggung pun bisa berbeda-beda. Tergantung penyebabnya. “Yang utama dalam masalah jerawat itu bukan hanya bagaimana mengobatinya. Tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana mencegah supaya tidak muncul lagi,” tandas Sandra. Ini patokan utama yang harus kita pegang dalam perang melawan jerawat karena memang gangguan kulit ini mudah kambuh lagi jika penyebabnya tidak dihilangkan.Sebelum pengobatan dilakukan, pertama-tama harus diidentifikasi dulu penyebabnya. Jika pencetusnya adalah kuman, itu artinya kebersihan badan harus lebih dijaga. Harus rajin mandi. Minimal dua kali sehari, pagi dan sore. Jika perlu, tiga kali sehari.

Sabunnya? Tak perlu sabun khusus. Kata Sandra, sabun mandi biasa pun (bukan sabun antiseptik) sudah cukup efektif untuk menjaga kebersihan badan. Selain bisa mencegah berkembang-biaknya kuman, mandi juga bisa mencegah jerawat akibat produksi kelenjar minyak yang berlebihan.

Agar punggung tidak lembap, tiap kali pulang dari mana pun, kita harus segera membuka pakaian. Supaya punggung kena udara bebas dan keringat bisa kering. Sandra juga menyarankan agar kita menghindari pakaian yang ketat supaya tetap ada sirkulasi udara di punggung. Untuk meminimalkan pengaruh keringat, gunakan pakaian berbahan katun atau bahan lain yang adem dan menyerap keringat. Jangan biasakan tetap memakai pakaian yang basah akibat keringat.Kebiasaan bilang ntar dulu, menunda mandi setelah pulang kerja, harus dibuang jauh-jauh.

Jika masalahnya adalah gangguan pengelupasan sel kulit, jerawat bisa dicegah dengan scrubbing. Cara ini akan membantu pengelupasan sel kulit yang sudah mati sehingga ia diganti oleh sel kulit yang baru. Tapi Sandra menegaskan, scrubbing ini hanya disarankan untuk kasus jerawat yang masih kecil-kecil, yang masih berupa komedo, bintik-bintik kecil. Kalau jerawat sudah gede-gede, apalagi sudah bernanah, cara ini tidak lagi dianjurkan. Malah bisa berbahaya sebab akan memperparah peradangan yang ada. Jika ada infeksi, proses scrubbing mungkin akan menyebabkan kuman malah menyebar.

Acara pencet-memencet juga harus ditinggalkan. Apalagi sampai menyuruh orang lain untuk melakukannya. Entah jerawat wajah atau punggung, cara ini tidak dianjurkan. Alasannya jelas. Pertama, cara ini tidak menyelesaikan masalah. Kedua, bisa saja malah menyebabkan infeksi. Sekalipun “hanya” di punggung, infeksi tetap harus dihindari. Ketiga, cara pencet paksa akan meninggalkan bekas noda hitam di punggung.

Supaya jerawat cepat sembuh, Sandra juga menyarankan agar konsumsi kalori dibatasi. Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak. Ini sebetulnya tak ada hubungannya dengan keyakinan sebagian orang yang menganggap jerawat terjadi akibat kita makan lemak. Bukan itu.

Lemak tidak menyebabkan jerawat secara langsung. Akan tetapi, pembatasan kalori memang diketahui bisa mempercepat penyembuhan jerawat. Lemak perlu dibatasi karena, seperti kita tahu, nilai kalorinya paling tinggi di antara jenis kalori lain misalnya karbohidrat atau protein. Pada mereka yang tidak membatasi makan, jerawat biasanya akan lebih sulit sembuh. Itulah sebabnya konsumsi makanan sebaiknya dibatasi. Jadi, cokelat, susu, telur, dan sebangsanya tetap boleh saja dimakan, asal jangan banyak-banyak.

Jika penyebab jerawat adalah pemakaian obat-obatan, tentu ini sudah merupakan urusan dokter. Ini batas ketika kita harus pergi ke dokter.

Ketika jerawat masih berupa bintil-bintil kecil akibat sumbatan kelenjar minyak, kita masih bisa menanganinya sendiri. Dengan cara menjaga kebersihan badan, mengurangi masukan kalori, sesekali scrubbing, dan cara lain yang bisa kita lakukan sendiri. Namun, begitu jerawat sudah berupa bintil-bintil bernanah, apalagi jumlahnya banyak dan disertai rasa gatal atau bahkan senut-senut, itu pertanda bahwa kita harus pergi ke dokter. Segera!

Silahkan Komentar Dengan Etika Dunia Online. Untuk Mendapatkan Backlink, Tinggalkan link anda di Menu Tukar Link
EmoticonEmoticon