Minggu, 17 Juni 2012


  Apa pun tujuan pernikahan dan siapapun calon pasangan yang dipilih, periode pengantin baru adalah masa yang indah. Disebut indah bukan hanya dalam konotasi seksual. Tapi juga karena umumnya periode ini adalah masa yang tanpa konflik. Baik konflik dengan pasangan atau dengan lingkungan. Masa pengantin baru disebut juga masa bulan madu (honeymoon) di mana semua orang memanjakan kedua mempelai. Bagi yang berasal dari keluarga berkecukupan, masa honeymoon dipakai untuk bepergian ke berbagai tempat di negeri sendiri atau ke mancanegara. Semuanya bertujuan satu untuk menikmati suatu kehidupan baru.

Adanya honeymoon juga dipakai oleh kedua pasangan untuk saling mengenal dan memahami karakter masing-masing. Kalau pertemanan biasa saja membutuhkan waktu untuk beradaptasi, maka hubungan sebagai pasangan hidup lebih membutuhkan kesalingmengertian antara kedua belah pihak. Karena diharapkan hubungan ini berlaku selama hidup. Dan tidak ada hubungan antar dua manusia yang dapat bertahan lama kecuali apabila keduanya memiliki saling pengertian dan pemahaman yang baik satu sama lain. Termasuk yang sangat penting dalam hal ini adalah menjaga keseimbangan (equlibrium) yang konsisten dalam bersikap terutama pihak suami yang notabene merupakan pemimpin rumah tangga (QS An-Nisa’ 4:34).


Yang dimaksud dengan menjaga keseimbangan adalah sebagai berikut:

Pertama, sabar tapi tegas. Suami hendaknya memiliki kesaharan yang terukur dalam hal-hal yang tidak prinsip atas perilaku istri. Namun, kesabaran itu harus jelas garis batasnya. Apabila istri melewati garis batas itu, jangan ragu untuk bersikap tegas memperingatkan dan menegur istri. Salah satu garis batas itu adalah syariah dan etika sosial. Jangan biarkan istri melanggar aturan syariah dan adat sopan santun masyarakat. Jadi jelas, sabar itu baik dalam situasi tertentu. Dan ketegasan lebih baik dibanding kesabaran pada situasi yang lain.

Kedua, pendiam dan banyak bicara. Suami harus dapat mengidentifikasi kapan sebaiknya menjadi pendiam dan kapan ia harus banyak bicara. Pendiam bermakna menjadi pendengar yang baik. Suami adalah pemimpin. Dan pemimpin yang baik adalah yang mengetahui waktu untuk banyak bicara dan waktu untuk lebih banyak mendengarkan.

Ketiga, serius dan humoris. Serius itu penting, karena kehidupan ini didominasi oleh hal-hal serius. Tanpa keseriusan pekerjaan tidak akan dapat terselesaikan. Tapi humor juga penting sebagai bagian penyegar dari tekanan hidup. Karena itu, dibutuhkan keseimbangan antara kedua unsur ini agar hidup menjadi cair tapi pada waktu yang sama tetap memiliki hasil nyata dan bermakna

Keempat, memberi inisiatif tapi juga menerima ide baik dari pasangannya.
Keseimbangan dalam mengimplementasikan keempat poin di atas akan menentukan apakah seorang suami akan betul-betul menjadi pemimpin rumah tangga, atau akan “kalah” dengan istrinya. Apakah kehidupan rumah tangga ke depan akan rukun, damai dan menyenangkan atau akan menyiksa bagi salah satu atau kedua belah pihak. Apakah rumah tangga akan abadi atau berakhir dalam perceraian.
Satu hal yang pasti, segala permasalahan rumah tangga yang dialami akan dapat diatasi apabila (a) suami dan istri memiliki latar belakang pengetahuan dan lingkungan  agama yang baik; (b) kedua pasangan sejak pengantin baru sudah menyiapkan diri untuk saling mengalah dan saling memberi tanpa menghitung untung rugi. Insya Allah dengan dua hal ini, keindahan pengantin baru akan terus dirasakan sampai kakek nenek

Silahkan Komentar Dengan Etika Dunia Online. Untuk Mendapatkan Backlink, Tinggalkan link anda di Menu Tukar Link
EmoticonEmoticon