Kamis, 27 Oktober 2011




Baru saja saya browsing ke internet dan masuk di sebuah forum psikologi yang mengupas tentang Schizophrenia, yaitu kondisi mental disorder yang sering disebut sebagai orang kepribadian ganda. Orang berkepribadian ganda dapat berganti-ganti kepribadian layaknya seorang aktor sehingga membuat orang-orang di lingkungannya menyangka dia gila atau tidak waras. Dampaknya dia akan dikucilkan.

Lantas bagaimana apabila hal ini terjadi pada diri seorang pengusaha ? Jadi pengusaha gilakah? Pengusaha itu harus menderita Schizophrenia. Lho kok? Ya... Karena di dalam diri seorang pengusaha terdapat pribadi-pribadi yang berbeda dan sering kali saling berkelahi karena memiliki kepentingan yang berbeda.

Pribadi pertama, seorang pengusaha itu adalah seorang Visioner. Pribadi seorang visioner adalah pribadi pemimpi. Memiliki pandangan jauh ke depan. Sering melamun (?) Ngomongnya kadang terlalu tinggi (menurut ukuran lingkungannya). Melihat setiap hal sebagai sebuah opportunity yang akan menghasilkan keuntungan sehingga menjadi kaya raya. Melihat sepetak tanah kosong di pinggir jalan, langsung bilang, "Wah, tanah ini akan saya jadikan sebuah depot bakso premium yang ramai. Dan akan menjadi master branding untuk sebuah jaringan frenchise depot bakso dengan ratusan cabang di seluruh nusantara."

Pribadi kedua, seorang manager. Pribadi ini sering bertentangan dengan Visioner. Kalau Visioner : "Mau yang besar tetapi tidak mau tahu caranya" sebaliknya pribadi manager ini berpikir : "Bagaimana caranya". "Elo mimpi boleh besar", kata manager, "tapi lihat dulu dong, gue nih yg sibuk jadinya!" 

Manager sibuk memikirkan : berapa harga beli atau sewanya? Berapa biaya renovasi, lauching, sampai operasional tiga bulan pertama ? Berapa kapasitas parkirnya? Berapa SDM yang dibutuhkan dan gajinya masing-masing ? Apa warna catnya? Dan lain-lain.

Pribadi ketiga, seorang spesialis. Ini dia yang paling apes. Setelah dimimpi-mimpikan oleh visioner, diatur dan dihitung oleh manager, tibalah giliran tugas spesialis. Siapa saja para spesialis tersebut ? Di antara para spesialis tersebut adalah Sales Investasi, bertugas untuk mencari investor, karena menurut hitungan manager, dana yang ada masih kurang dan butuh investor; Arsitek yang merancang detil interior dan eksterior dari outlet; Desainer product yang merancang packaging bakso; Pembuat bakso yang belanja bahan, membuat pentol, siomay, gorengan, kuah, dsb; pelayan yang menyediakan menu, melayani pelanggan; dan kasir yang harus menghitung dan memberikan uang kembalian; Belum lagi yang termasuk tukang cuci piring dan cleaning service. Para spesialis ini adalah ujung tombak bisnis karena tanpa mereka bisnis tak dapat terjadi.

Bagi seorang pengusaha, ketiga pribadi tersebut mutlak diperlukan ada pada dirinya. Apalagi bila baru mau memulai bisnis. Tidak hanya pandai bermimpi, dia juga harus mampu berhitung, mampu memanage sumber daya yang ada, dan yang paling menentukan adalah dia harus mau mengerjakan detil bisnisnya sebagimana seorang spesialis. Sehingga ada istilah Dirjen = Direktur Ijen (Direktur sendirian). Artinya ketika baru memulai bisnis, dia adalah direktur, merangkap manager SDM, manager product, manager marketing, manager finance, merangkap sales, merangkap produksi, merangkap kasir, bahkan merangkap cleaning service dan petugas keamanan.

Yang sulit adalah ketika ketiga kepribadian yang berbeda tadi tidak dapat akur dan ingin lebih menonjol salah satu sehingga menenggelamkan yang lain. Apabila visioner yang menonjol dia hanya akan menjadi seorang pemimpi selamanya. Apabila dia memulai, dia memulai tanpa perhitungan yang cukup, sehingga sering rugi. Apabila manager yang menonjol maka nasibnya tidak akan berbeda dengan kebanyakan orang pintar, yang hanya pandai menghitung dan berkomentar tanpa berani take action. Sedangkan apabila hanya pribadi spesialis yang menonjol maka dia akan terjebak ke dalam rutinitas bisnis sehari-hari tanpa memikirkan strategi jangka menengah, panjang, dan lompatan-lompatan bisnis yang bisa ditemukan.

Ketika bisnis tersebut semakin tumbuh, sedikit demi sedikit tugas dapat didelegasikan, tetapi mental Schizophrenia tetap harus ada dalam setiap pengusaha. Bagaimana dengan Anda ?

Silahkan Komentar Dengan Etika Dunia Online. Untuk Mendapatkan Backlink, Tinggalkan link anda di Menu Tukar Link
EmoticonEmoticon